Table of contents: [Hide] [Show]

Perubahan sosial budaya di bidang pendidikan merupakan fenomena dinamis yang terus bergeser seiring perkembangan zaman. Transformasi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi hingga perubahan kurikulum dan metode pembelajaran. Pendidikan tak lagi sekadar transfer pengetahuan, melainkan proses pembentukan karakter dan pengembangan potensi individu yang siap menghadapi tantangan global. Pengaruhnya pun terasa luas, merambah nilai-nilai di kampus, akses pendidikan, dan bahkan kesiapan lulusan menghadapi persaingan global.

Dari pengaruh internet dan media sosial terhadap perilaku belajar siswa hingga pergeseran nilai-nilai di lingkungan kampus, kita akan menelusuri bagaimana perubahan sosial budaya ini membentuk lanskap pendidikan modern. Peran guru, kurikulum, metode pembelajaran, dan akses pendidikan akan dikaji secara mendalam untuk memahami dinamika transformasi ini dan implikasinya bagi masa depan.

Dampak Teknologi terhadap Pendidikan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan. Internet dan berbagai perangkat digital kini menjadi bagian tak terpisahkan dari proses belajar mengajar, mempengaruhi metode pengajaran, perilaku siswa, dan peran guru itu sendiri. Pengaruh ini, baik positif maupun negatif, perlu dipahami untuk memaksimalkan manfaat teknologi dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Pengaruh Internet dan Media Sosial terhadap Perilaku Belajar Siswa

Internet dan media sosial memiliki dampak signifikan terhadap perilaku belajar siswa. Akses mudah ke informasi melalui internet memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri dan eksploratif. Mereka dapat mengakses berbagai sumber belajar, seperti e-book, video pembelajaran, dan platform online lainnya. Namun, penggunaan media sosial juga dapat menimbulkan tantangan. Distraksi dari media sosial dapat mengganggu konsentrasi belajar, sementara informasi yang tidak terverifikasi dapat mempengaruhi pemahaman siswa terhadap suatu materi.

Perbandingan Metode Pembelajaran Tradisional dan Modern

Perbedaan metode pembelajaran tradisional dan modern berpengaruh besar pada budaya belajar siswa. Metode tradisional cenderung lebih pasif, sementara metode modern mendorong pembelajaran aktif dan kolaboratif. Berikut perbandingannya:

Metode PembelajaranKelebihanKekuranganDampak Budaya
Tradisional (Tatap Muka Langsung)Interaksi langsung guru-siswa; pemahaman konsep lebih terarah; evaluasi langsung.Terbatasnya akses sumber belajar; ketergantungan pada guru; proses belajar cenderung pasif.Budaya belajar yang lebih pasif, terpusat pada guru, dan ketergantungan pada sumber belajar terbatas.
Modern (Blended Learning/Online)Akses sumber belajar yang luas; fleksibilitas waktu dan tempat belajar; pembelajaran yang lebih interaktif dan kolaboratif.Membutuhkan akses internet dan perangkat teknologi; kemungkinan kurangnya interaksi sosial langsung; tantangan dalam memastikan pemahaman konsep.Budaya belajar yang lebih aktif, mandiri, dan kolaboratif; peningkatan literasi digital; adaptasi terhadap perubahan teknologi.

Perubahan Peran Guru dalam Era Digital

Di era digital, peran guru bergeser dari semata-mata sebagai penyampai informasi menjadi fasilitator dan mentor pembelajaran. Guru berperan membimbing siswa dalam mengakses dan memproses informasi, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan memfasilitasi kolaborasi antar siswa. Guru juga menjadi desainer pembelajaran yang mampu mengintegrasikan teknologi dalam proses belajar mengajar.

Tantangan dan Peluang Pendidik dalam Mengadopsi Teknologi Pendidikan

Adopsi teknologi pendidikan menawarkan banyak peluang, seperti peningkatan kualitas pembelajaran dan akses pendidikan yang lebih luas. Namun, juga dihadapkan pada berbagai tantangan. Tantangan tersebut antara lain kesenjangan akses teknologi, keterbatasan pelatihan bagi pendidik, dan kurangnya infrastruktur pendukung. Untuk itu, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat, untuk mengatasi tantangan tersebut.

Contoh Implementasi Teknologi Pendidikan yang Efektif

Implementasi teknologi pendidikan yang efektif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Contohnya, penggunaan platform pembelajaran online yang interaktif, simulasi dan game edukatif, serta penggunaan video pembelajaran yang menarik. Integrasi teknologi ini harus disesuaikan dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran. Misalnya, penggunaan aplikasi Quizizz untuk meningkatkan interaksi dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.

Atau penggunaan platform seperti Google Classroom untuk memudahkan kolaborasi dan pengelolaan tugas.

Perubahan Kurikulum dan Metode Pembelajaran

Pendidikan di Indonesia telah mengalami transformasi signifikan dalam dua dekade terakhir. Perubahan kurikulum dan metode pembelajaran mencerminkan upaya adaptasi terhadap perkembangan zaman dan kebutuhan global. Pergeseran ini berdampak besar pada budaya belajar, membentuk cara siswa belajar, guru mengajar, dan bagaimana pengetahuan ditransfer.

Perubahan Kurikulum Pendidikan Indonesia dalam 20 Tahun Terakhir dan Dampaknya terhadap Budaya Belajar

Kurikulum pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa revisi besar, dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) hingga Kurikulum 2013 dan yang terbaru, Kurikulum Merdeka. KBK menekankan pada penguasaan kompetensi siswa, sementara Kurikulum 2013 mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas lebih besar kepada sekolah dalam memilih dan mengembangkan kurikulum sesuai konteks lokal. Dampaknya terlihat pada perubahan budaya belajar, dari yang lebih terpusat pada guru dan hafalan ke arah pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, dan kolaboratif.

Siswa didorong untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengembangkan kreativitas mereka.

Perbandingan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Hafalan dengan Pendekatan Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa

Pendekatan pembelajaran berbasis hafalan, yang dominan di masa lalu, menekankan pada pengulangan dan menghafal informasi tanpa pemahaman mendalam. Sebaliknya, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning) menempatkan siswa sebagai subjek belajar yang aktif. Siswa didorong untuk menemukan pengetahuan sendiri, berkolaborasi dengan teman sebaya, dan mengembangkan pemahaman yang bermakna. Perbedaan mendasar terletak pada bagaimana pengetahuan dikonstruksi; hafalan menekankan pada reproduksi informasi, sementara pembelajaran berpusat pada siswa menekankan pada pemahaman dan aplikasi pengetahuan.

Langkah-langkah Penerapan Metode Pembelajaran Aktif (Pembelajaran Berbasis Proyek) dan Pengaruhnya pada Budaya Belajar

Pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang efektif. Penerapannya melibatkan beberapa langkah:

  1. Perumusan Masalah: Guru dan siswa bersama-sama merumuskan masalah atau pertanyaan proyek yang relevan dan menantang.
  2. Perencanaan: Siswa merencanakan langkah-langkah penyelesaian proyek, termasuk pengumpulan data, analisis, dan presentasi.
  3. Pelaksanaan: Siswa melaksanakan proyek, melakukan riset, mengumpulkan data, dan berkolaborasi dengan teman sebaya.
  4. Analisis dan Evaluasi: Siswa menganalisis hasil proyek, mengevaluasi proses, dan menyimpulkan temuan.
  5. Presentasi: Siswa mempresentasikan hasil proyek kepada kelas atau audiens yang lebih luas.

Metode ini mendorong budaya belajar yang aktif, kolaboratif, dan berpusat pada pemecahan masalah. Siswa belajar melalui pengalaman langsung, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan meningkatkan kemampuan komunikasi mereka.

Contoh Rencana Pembelajaran yang Menerapkan Pendekatan Pembelajaran Inovatif

Misalnya, untuk mata pelajaran IPS kelas 5 SD dengan tema “Keanekaragaman Budaya Indonesia”, sebuah proyek dapat dirancang di mana siswa memilih satu daerah di Indonesia, meneliti budaya lokalnya (pakaian adat, tarian, makanan, rumah adat), dan mempresentasikan temuan mereka dalam bentuk video pendek, pameran, atau pertunjukan.

Proyek ini menggabungkan berbagai metode pembelajaran seperti riset, kolaborasi, presentasi, dan kreativitas. Guru berperan sebagai fasilitator, membimbing siswa dalam proses belajar dan memastikan keberhasilan proyek.

Pendekatan Pembelajaran Inklusif untuk Mempromosikan Kesetaraan dan Keberagaman Budaya dalam Pendidikan

Pendekatan pembelajaran inklusif memastikan bahwa semua siswa, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus dan latar belakang budaya yang beragam, dapat berpartisipasi penuh dalam proses belajar. Hal ini dicapai melalui modifikasi kurikulum, metode pembelajaran yang disesuaikan, dan lingkungan belajar yang mendukung. Dengan menghargai dan merangkul keberagaman budaya, pembelajaran inklusif menciptakan lingkungan yang adil dan setara, di mana semua siswa merasa dihargai dan dihormati.

Contohnya, dalam pembelajaran sejarah, guru dapat memasukkan berbagai perspektif dan narasi sejarah, mewakili berbagai kelompok budaya dan menghindari bias. Guru juga dapat menggunakan berbagai metode pengajaran untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar siswa.

Pergeseran Nilai dan Budaya Kampus

Budaya kampus mengalami transformasi signifikan seiring perubahan zaman. Nilai-nilai yang dianut mahasiswa saat ini berbeda dengan generasi sebelumnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Pergeseran ini berdampak pada kualitas lulusan dan menuntut strategi adaptasi yang tepat dari perguruan tinggi.

Perubahan Nilai Mahasiswa, Perubahan sosial budaya di bidang pendidikan

Mahasiswa masa kini cenderung lebih individualistis dan pragmatis dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka lebih fokus pada pengembangan karier dan pencapaian pribadi, seringkali dengan pendekatan yang lebih terukur dan berbasis data. Nilai-nilai kolaborasi dan kebersamaan tetap penting, namun diiringi dengan orientasi yang kuat pada keunggulan kompetitif. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang mungkin lebih menekankan pada nilai-nilai idealisme dan pengabdian sosial secara kolektif.

Faktor-Faktor Pendorong Perubahan Budaya Kampus

Beberapa faktor mendorong perubahan budaya kampus. Teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat misalnya, memungkinkan mahasiswa terhubung dengan dunia luar secara lebih mudah dan luas. Globalisasi juga berperan dalam memperkenalkan nilai-nilai dan budaya baru ke lingkungan kampus. Faktor ekonomi juga berpengaruh, dimana perkembangan ekonomi dan persaingan kerja yang ketat mendorong mahasiswa untuk lebih fokus pada pengembangan keterampilan yang marketable.

  • Teknologi Informasi dan Komunikasi: Akses internet yang mudah dan tersebar luas telah menciptakan ruang publik virtual yang dinamis dan mempengaruhi interaksi sosial mahasiswa.
  • Globalisasi: Interaksi antar budaya yang semakin intensif melalui pertukaran pelajar dan kolaborasi internasional memperkenalkan nilai-nilai dan perspektif baru.
  • Faktor Ekonomi: Persaingan kerja yang ketat mendorong mahasiswa untuk fokus pada pengembangan keterampilan dan kompetensi yang relevan dengan pasar kerja.

Kutipan yang Menggambarkan Perubahan Budaya Kampus

Meskipun sulit menemukan kutipan tunggal yang secara komprehensif menggambarkan perubahan budaya kampus, perubahan ini dapat dilihat dari berbagai penelitian dan observasi. Misalnya, penelitian mengenai kepuasan mahasiswa seringkali menunjukkan peningkatan fokus pada aspek praktis dan karier, sementara penelitian mengenai aktivitas kemahasiswaan mungkin menunjukkan pergeseran partisipasi dari kegiatan sosial yang bersifat tradisional ke kegiatan yang lebih berorientasi pada pengembangan diri dan peningkatan keterampilan.

“Perubahan budaya kampus adalah sebuah proses yang kompleks dan dinamis, dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal.”

(Pernyataan umum berdasarkan observasi umum)

Dampak Perubahan Budaya Kampus terhadap Kualitas Lulusan

Perubahan budaya kampus berdampak ganda terhadap kualitas lulusan. Di satu sisi, fokus pada pengembangan karier dan keterampilan praktis dapat menghasilkan lulusan yang lebih siap kerja dan kompetitif di pasar global. Di sisi lain, penekanan yang berlebih pada pragmatisme dapat mengurangi perhatian pada nilai-nilai etika, sosial, dan keberlanjutan. Sehingga perlu adanya keseimbangan antara pengembangan keterampilan dan pembentukan karakter yang holistik.

Strategi Memperkuat Nilai-Nilai Positif dalam Lingkungan Kampus

Untuk memperkuat nilai-nilai positif, perguruan tinggi perlu merancang strategi yang komprehensif. Ini dapat mencakup integrasi nilai-nilai etika dan sosial dalam kurikulum, peningkatan kegiatan kemahasiswaan yang berorientasi pada pengembangan karakter, serta pembentukan komunitas kampus yang inklusif dan suportif. Penting juga untuk melibatkan seluruh stakeholder, termasuk mahasiswa, dosen, dan alumni, dalam upaya ini.

StrategiDeskripsi
Integrasi Nilai-nilai dalam KurikulumMengintegrasikan nilai-nilai etika, sosial, dan keberlanjutan ke dalam mata kuliah agar mahasiswa memahami pentingnya nilai-nilai tersebut dalam kehidupan profesional dan pribadi.
Peningkatan Kegiatan KemahasiswaanMeningkatkan kegiatan kemahasiswaan yang berorientasi pada pengembangan karakter, seperti kegiatan sosial, kepeloporan, dan pengembangan diri.
Pembentukan Komunitas KampusMembangun komunitas kampus yang inklusif dan suportif untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Akses Pendidikan dan Kesetaraan: Perubahan Sosial Budaya Di Bidang Pendidikan

Akses pendidikan yang merata merupakan pilar penting dalam pembangunan suatu bangsa. Ketersediaan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat tidak hanya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, tetapi juga mendorong perubahan sosial budaya yang signifikan. Perubahan ini tercermin dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari peningkatan ekonomi hingga perubahan pola pikir dan nilai-nilai masyarakat.

Pendidikan yang lebih luas memberikan kesempatan bagi individu untuk mengembangkan potensi mereka sepenuhnya. Hal ini berdampak pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam berbagai sektor kehidupan, mendorong inovasi, dan memperkuat demokrasi. Semakin banyak individu yang mengenyam pendidikan, semakin besar pula peluang terciptanya masyarakat yang lebih maju, adil, dan sejahtera.

Dampak Akses Pendidikan terhadap Budaya dan Nilai Masyarakat

Akses pendidikan yang lebih luas secara langsung mempengaruhi budaya dan nilai masyarakat. Pendidikan yang berkualitas mampu menanamkan nilai-nilai positif seperti toleransi, rasa hormat, dan kerjasama. Dengan pemahaman yang lebih luas tentang berbagai budaya dan perspektif, masyarakat cenderung lebih inklusif dan terbuka terhadap perbedaan. Selain itu, pendidikan juga berperan dalam melestarikan dan mengembangkan budaya lokal, melalui pengenalan dan pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah, seni, dan tradisi.

Pendapat Pakar tentang Kesetaraan Akses Pendidikan

“Kesetaraan akses pendidikan bukan hanya tentang memberikan kesempatan belajar kepada semua orang, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan responsif terhadap kebutuhan individu. Kesenjangan akses pendidikan berdampak serius pada keberagaman budaya, karena menghambat partisipasi dan representasi kelompok-kelompok marjinal dalam proses pembangunan.” – Prof. Dr. Budi Santoso (Contoh nama pakar dan kutipan, harap diganti dengan kutipan pakar sesungguhnya dan sumbernya).

Hambatan Pemerataan Akses Pendidikan

Meskipun telah banyak kemajuan, masih terdapat sejumlah hambatan dalam upaya pemerataan akses pendidikan. Beberapa hambatan tersebut meliputi:

  • Keterbatasan infrastruktur pendidikan di daerah terpencil.
  • Rendahnya kualitas guru di beberapa daerah.
  • Biaya pendidikan yang tinggi, termasuk biaya sekolah, seragam, dan buku.
  • Diskriminasi terhadap kelompok rentan, seperti anak perempuan, anak penyandang disabilitas, dan anak dari keluarga miskin.
  • Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan.

Strategi Peningkatan Akses Pendidikan bagi Kelompok Kurang Beruntung

Untuk meningkatkan akses pendidikan bagi kelompok masyarakat yang kurang beruntung, diperlukan strategi yang komprehensif dan terintegrasi. Beberapa strategi yang dapat diimplementasikan antara lain:

  • Peningkatan infrastruktur pendidikan di daerah terpencil, termasuk pembangunan sekolah dan penyediaan fasilitas belajar.
  • Peningkatan kualitas guru melalui pelatihan dan pengembangan profesional.
  • Pemberian beasiswa dan bantuan keuangan bagi siswa dari keluarga miskin.
  • Program pendidikan inklusif yang mengakomodasi kebutuhan anak penyandang disabilitas.
  • Kampanye peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan.
  • Pengembangan kurikulum yang relevan dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

Contoh Program Pendidikan yang Sukses

Salah satu contoh program pendidikan yang sukses dalam mengatasi kesenjangan akses pendidikan adalah Program Indonesia Pintar (PIP). Program ini memberikan bantuan biaya pendidikan kepada siswa dari keluarga miskin, sehingga mereka dapat tetap bersekolah. Dampaknya, angka putus sekolah menurun dan semakin banyak anak dari keluarga kurang mampu yang dapat mengenyam pendidikan. Selain itu, program ini juga berkontribusi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan perubahan sosial budaya yang positif di masyarakat.

Globalisasi dan Pendidikan

Globalisasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan di Indonesia. Integrasi ekonomi, informasi, dan budaya global berdampak signifikan pada kurikulum, metode pembelajaran, dan daya saing lulusan Indonesia di pasar kerja internasional. Dampak ini memiliki sisi positif dan negatif yang perlu dipahami untuk menghadapi tantangan dan peluang yang ada.

Pengaruh Globalisasi terhadap Kurikulum dan Metode Pembelajaran di Indonesia

Globalisasi telah mendorong revisi kurikulum pendidikan di Indonesia agar lebih relevan dengan kebutuhan global. Integrasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran semakin intensif, terlihat dari penggunaan metode pembelajaran daring (online) yang semakin meluas. Kurikulum juga cenderung mengadopsi standar internasional, misalnya dengan penekanan pada kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi, serta peningkatan kompetensi bahasa asing, terutama Bahasa Inggris.

Dampak Positif dan Negatif Globalisasi terhadap Pendidikan di Indonesia

Globalisasi menawarkan akses yang lebih luas terhadap informasi dan sumber belajar. Mahasiswa Indonesia, misalnya, dapat mengikuti kuliah online dari universitas ternama di dunia. Namun, terdapat pula dampak negatif, seperti kesenjangan akses teknologi antara daerah perkotaan dan pedesaan, serta potensi hilangnya nilai-nilai budaya lokal dalam sistem pendidikan yang terlampau berorientasi pada standar global.

Sebagai ilustrasi, bayangkan seorang siswa di desa terpencil yang kesulitan mengakses internet untuk mengikuti pembelajaran daring, sementara siswa di kota besar memiliki akses mudah ke berbagai platform pembelajaran online dan sumber daya digital. Ini menggambarkan kesenjangan akses teknologi yang menjadi tantangan serius. Di sisi lain, penggunaan bahasa asing yang dominan dalam beberapa mata pelajaran dapat mengancam pelestarian bahasa daerah dan budaya lokal.

Tantangan dan Peluang Pendidikan Indonesia dalam Menghadapi Persaingan Global

Tantangan utama pendidikan Indonesia adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di pasar kerja global. Hal ini memerlukan peningkatan kualitas guru, infrastruktur pendidikan, dan relevansi kurikulum dengan kebutuhan industri. Namun, Indonesia juga memiliki peluang besar, yakni potensi sumber daya alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang besar sebagai modal utama pembangunan SDM yang berkualitas.

  • Meningkatkan kualitas guru melalui pelatihan dan pengembangan profesional berkelanjutan.
  • Memperluas akses pendidikan berkualitas ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah terpencil.
  • Mengembangkan kurikulum yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan industri 4.0.
  • Memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

Pentingnya Pendidikan Karakter dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi

Dalam era globalisasi yang penuh persaingan, pendidikan karakter menjadi sangat penting. Nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, tanggung jawab, dan kerja sama tim sangat dibutuhkan untuk membentuk lulusan yang tidak hanya memiliki kompetensi akademik yang tinggi, tetapi juga memiliki etika dan moral yang baik. Pendidikan karakter yang kuat akan membantu lulusan Indonesia beradaptasi dengan lingkungan kerja global yang dinamis dan kompetitif.

Langkah-langkah untuk Meningkatkan Daya Saing Lulusan Indonesia di Pasar Kerja Global

Untuk meningkatkan daya saing lulusan Indonesia, diperlukan strategi komprehensif yang meliputi:

  1. Peningkatan kualitas pendidikan vokasi dan keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan industri.
  2. Penguatan bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris, untuk memudahkan komunikasi dan kolaborasi internasional.
  3. Pengembangan soft skills seperti kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kerja sama tim.
  4. Peningkatan akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung pembelajaran dan pengembangan keterampilan digital.
  5. Kolaborasi antara institusi pendidikan, pemerintah, dan dunia usaha untuk menciptakan keselarasan antara pendidikan dan kebutuhan pasar kerja.

Simpulan Akhir

Perubahan sosial budaya di bidang pendidikan adalah proses yang kompleks dan berkelanjutan. Adaptasi terhadap teknologi, inovasi dalam metode pembelajaran, dan peningkatan akses pendidikan menjadi kunci untuk menciptakan sistem pendidikan yang inklusif dan berkualitas. Dengan memahami tantangan dan peluang yang ada, kita dapat bersama-sama membangun generasi penerus bangsa yang cerdas, berkarakter, dan mampu bersaing di era globalisasi.

Iklan